OLEH: Drs. RUSMAN, M.Pd
Matematika adalah pelajaran tentang kuantitas dan
relasi melalui penggunaan bilangan dan symbol, demikian sebagaimana termuat
dalam The World Book Encyclopedia. Matematika merupakan salah satu bidang studi
yang wajib diberikan kepada anak di Lembaga Sekolah, di samping bidang studi
yang lain.
Sebenarnya Matematika telah lama ada walaupun semula
bentuknya sederhana. Materi yang tercakup dalam Matematika meliputi: Ilmu
Hitung, Aljabar, Geometri, Trigonometri, Geometri Analitika, Kalkulus,
Probabilitas dan Statistika. Dengan berbagai rincian tersebut, maka tampak
begitu pentingnya Matematika sebagai pendukung berkembangnya Ilmu Pengetahuan
dan Teknologi (IPTEK).
Menurut prediksi penulis, bahwa rendahnya nilai
Matematika, salah satu penyebabnya adalah rendahnya daya tarik siswa terhadap
bidang studi Matematika. Anggapan yang terjadi pada kehidupan masyarakat juga
hampir sama, bahkan Matematika itu pelajaran yang sulit dan membingungkan.
Terutama dalam menyelesaikan soal-soal perkalian atau
soal-soal yang dalam penyelesaiannya membutuhkan perkalian. Merosotnya nilai
Matematika perlu dicari faktor penyebabnya.
Penyebab-penyebab itu bisa timbul dari murid juga dari
guru selaku pendidik. Faktor-faktor itu antara lain: Mungkin kemampuan (daya
pikir) murid memang lemah/terbatas. Mungkin guru tidak melatih menemukan konsep
tetapi hanya menerapkan rumus-rumus yang ada pada buku sumber. Mungkin guru
tidak pernah menggunakan benda-benda konkrit untuk menerangkan (sebagai alat
peraga) pada tingkatan tertentu. Mungkin tidak adanya kesinambungan guru yang
mengajar, karena diterapkan sistem guru kelas sehingga guru konsentrasinya
terpecah pada semua mata pelajaran.
Sebagai akibatnya adalah pelajaran matematika
terabaikan. Beberapa kemunghkinan bisa terjadi: Mungkin guru terlena dengan
permainan trik-trik perkalian khusus dari pada menyelesaikan perkalian yang
bersifat umum/standart. Maksudnya supaya murid cepat mengerti, tetapi yang
terjadi kadang kala justru sebaliknya: Pikiran murid melayang karena
kebingungan.
Yang lebih membingungkan lagi, kadang kala antara
hasil dari cara khusus dan hasil dari cara umum/standart berlainan (tidak
sama). Sebelum murid diberikan materi perkalian maka hendaknya materi
penjumlahan sebagai dasar perkalian telah dikuasai anak terlebih dahulu.
Dalam kesempatan akan berkonsentrasi pada salah satu
bahasan, yakni menaksir hasil operasi hitung. Topik ini merupakan bahan
pelajaran di sekolah dasar. Meskipun nampaknya sederhana, namun ternyata tidak
semua siswa dengan mudah bisa menangkap maksudnya.
Sebenarnya matematika sebagai suatu ilmu pengetahuan
dan sebagai bahan pelajaran di sekolah senantiasa berkembang dari waktu ke
waktu. Banyak cara atau rumus yang dulu diperkenalkan kepada siswa (khalayak),
tiba-tiba saja berubah karena adanya penemuan baru.
Contoh yang paling jelas dan mudah adalah penerapan
cara perkalian untuk siswa sekolah dasar. Seperti telah dimengerti bahwa
perkalian pada dasarnya adalah merupakan penjumlahan berulang. Suatu misal 4 x
8 = 32. kalau ditulis dalam bentuk panjang 8 + 8 + 8 + 8 = 32. Sedangkan arti
kata khusus bersifat special atau tidak berlaku untuk umum.
Jadi, yang dimaksud Perkalian Khusus di sini adalah
perkalian yang hanya mengikut sertakan bilangan/angka-angka tertentu. Jadi
tidak semua bilangan bisa diterapkan pada cara khusus ini. Keunggulan dari
perkalian khusus ini lebih singkat/pendek jika dibandingkan dengan sistem
perkalian umum/standart.
Sebagaimana lazimnya suatu penemuan/pendapat harus
diuji lebih lanjut, untuk mengetahui sejauh mana kebenaran dan kegunaannya
dapat diterima. Adapun teknik baru yang kami maksud adalah perkalian tiga angka
dikalikan tiga angka.
Contoh : 234 x 567 = ………..
2 3 4
x x x
5 6 7 x
10 18 28
Langkah I:
4 x 7 = 28 Langsung ditulis 28
3 x 6 = 18 Langsung ditulis 18
2 x 5 = 10 Langsung ditulis 10
2 3 4
5 6 7 X
10 18 28
2 7 4 5
Langkah II :
(3 x 7) + (4 x 6) = 21 + 24 = 45
Langsung ditulis 45.
(2 x 6) + (5 x 3) = 12 + 15 = 27
Langsung ditulis 27.
2 3 4
x
5 6 7 x
10 18 28
2 7 4 5 Langkah III :
3 4 (2 x 7) + (5 x 4) = 14 + 20 = 34
Langsung ditulis 34 di bawah angka 74.
2 3 4
5 6 7 x
10 18 28 Setelah kegiatan-kegiatan dari langkah I
sampai dengan langkah III selesai
2 7 4 5 dilaksanakan, maka hasil yang diperoleh dari
perkalian tersebut dijumlahkan.
3 4 + Jadi hasil perkalian 234 x 567
adalah 132678.
1 3 2 6 7 8
Kita bandingkan dengan cara standart
234 x 567 = ….
2 3 4
5 6 7 x
16 3 8
140 4
1170 +
1326 7 8
Ternyata
hasil perkalian 234 x 567 dengan cara baru dan cara standart hasilnya sama,
yaitu 132 567 (seratus tiga puluh dua ribu lima ratus enam puluh tujuh).
Dengan adanya dua versi contoh perkalian umum di atas
sekarang dapat kami simpulkan, bahwa baik cara lama atau cara baru ada beberapa
kesamaan, yaitu:
- Berlaku
untuk semua bilangan
- Mudah dan
praktis (tidak terlalu njlimet)
- Ekonomis
tempat
Sedangkan
perbedaannya, cara umum yang lama mempergunakan teknik menyimpan, sedangkan
cara umum yang baru selama mengalikan tidak menggunakan teknik menyimpan.
Hingga saat ini penulis sering mendengar keluh dari
masyarakat bahwa anak-anak kita masih kurang trampil berhitung. Mengingat hal
itu, penulis menganggap kurang bijaksana kiranya apabila perhatian dan tenaga
serta pikiran anak-anak, kita belokkan kepada cara-cara perkalian yang hanya
bersifat khusus/berlaku secara terbatas. Akan jauh lebih baik apabila anak-anak
kita memusatkan seluruh tenaganya kepada satu cara/cara standart yang sangat
efektif dan berlaku untuk umum.
Dengan cara membatasi diri kepada satu cara yang
standart tersebut dapat diharapkan anak-anak kita akan mencapai ketampilan
berhitung yang memuaskan. Pada hemat penulis, apabila ada guru yang ingin
memperkenalkan cara-cara khusus, maka sebaiknya ia membatasi hal itu sebagai
bahan pengajaran bagi siswa/siswi tertentu. Tertentu maksudnya, siswa yang pandai
dan sudah menguasai teknik perkalian standart.
0 comments:
Post a Comment