Citra Mahasiswa
Mahasiswa
merupakan bibit-bibit yang dapat memperjuangkan kemerdekan bangsa dan
sebagai pundak kemajuan Negara. Karena dalam diri seorang mahasiswa
memiliki semangat yang tinggi menuju perubahan. Dalam realitas, dari
zaman dulu sampai sekarang, telah terbukti peranan mahasiswa yang
menginginkan perubahan sistem pemerintahan yang dianggapnya tidak
sepemikiran dengan para mahasiswa. Demonstrasi yang kerap kali dijadikan
sebagai bentuk ekspresi perlawanan terhadap suatu kebijakan merupakan
peristiwa yang tidak heran lagi terjadi di jagat raya Indonesia.
Akhir-akhir ini pun banyak sekumpulan kelompok mahasiswa yang melakukan
demonstrasi di depan gedung MPR RI yang mengakibatkan kericuhan dan
perselisihan dengan aparat kepolisian. Sehingga tidak sedikit pula aksi
seperti itu menelan korban, baik hanya luka-luka bahkan sampai meninggal
dunia. Sebenarnya, aksi anarkis yang seperti itu yang menyebabkan citra
mahasiswa buruk di mata masyarakat. Masyarakat menganggap mahasiswa
hanya bisa demo dan melakukan kericuhan saja. Namun memang seperti
itulah adanya. Suasana seperti itu seolah-olah menjadi hukum alam. Dan
tidak bisa dihentikan. Kita tidak bisa menyalahkan si A atau si B. Semua
bisa berubah tergantung kepada kesadaran masing-masing, baik dari
rakyat kecil, masyarakat, civitas akademis dan para pejabatnya.
Mahasiswa kritis, cerdas, dinamis dan berempati
Mahasiswa
yang kritis ialah dia yang tidak mudah menerima sesuatu. Sia selalu
merasa tidak puas sehingga memiliki hasrat yang tinggi untuk ingin
mengetahui yang lebih jauh. Memang seorang mahasiswa hendaknya seperti
itu, memiliki jiwa kritis yang tinggi. Namun terkadang mahasiswa mudah
terbawa paham yang bertentangan dengan ideologi dan akal sehat, karena
pada dasarnya masa-masa menjadi seorang mahasiswa adalah masa pencarian
jati diri. “Siapa saya?” sehingga tidak sedikit malah mahasiswa menjadi
sasaran oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab yang debgan sengaja
menyiarkan ajaran yang bertentangan dengan syariat islam. Untuk itu,
selain daripada harus memiliki jiwa kritis, seorang mahasiswa pun harus
memiliki iman yang tinggi untuk dapat mempertahankan syariat islam.
Mahasiswa
cerdas memiliki pemikiran yang terus berkembang dan selalu peka
terhadap lingkungan dimana dia berada. Seorang mahasiswa pun mesti
memiliki kecerdasan. Karena mahasiswa telah diajarkan dididik oleh para
dosennya untuk selalu melakukan kebenaran. Tentu, mahasiswa harus
berbeda dengan orang lain yang tidak mengenyam bangku pendidikan.
Mahasiswa harus dapat memberikan tauladan yang baik, menjaga citra diri
yang baik dan dapat melaukan konstribusi terhadap masyarakat. Dan
cobalah lihat sosok Muhammad SAW. Tentu semua orang tahu siapa beliau.
Khususnya bagi mereka yang menganut agama Islam. Beliau adalah seorang
nabi yang amat cerdas semua orang pun mengakui kecerdasan beliau.
Terbukti dengan tersiarnya ajaran yang beliau bawa untuk disampaikan
kepada umatnya. Hingga sampai saat ini ajarannya masih banyak yang
menganut. Mahasiswa pun harus dapat menauladani kecerdasan beliau,
mahasiswa harus bisa melakukan pergerakan dan perubahan yang baik
terhadap masyarakatnya. Mahasiswa yang seperti itulah yang didambakan
oleh masyarakat dan Indonesia.
Dan
mahasiswa yang dinamis ialah dia yang selalu ingin bergerak dan
melakukan perubahan. Mahasiswa yang seperti ini sangat dibutuhkan demi
kemajuan bangsa. Karena mereka selalu aktif dan peka terhadap
perkembangan yang terjadi di Negara Indonesia. Dan selain itu, seorang
mahasiswa mesti menyadari kodratnya sebagai makhluk sosial. Maka telah
menjadi keharusan bahwa seorang mahasiswa harus memiliki empati yang
tinggi terhadap siapa pun yang membutuhkan pertolongannya. Karena dengan
begitu, mahasiswa akan lebih dihargai oleh orang lain.
Kutipan
percakapan di bawah ini antar dosen (Seorang Profesor) dengan
mahasiswa-nya merupakan salah satu contoh ciri mahasiswa yang memiliki
daya kemapuan kritis, cerdas, dinamis dan berempati.
Seorang Profesor dari sebuah universitas terkenal menantang mahasiswa-mahasiswa nya dengan beberapa pertanyaan, yaitu :
“Apakah Tuhan menciptakan segala yang ada?”.
Seorang mahasiswa dengan berani menjawab,
“Betul, Dia yang menciptakan semuanya”.
“Tuhan menciptakan semuanya?” Tanya professor sekali lagi.
“Ya, Pak, semuanya” kata mahasiswa tersebut.
Profesor itu menjawab,
“Jika
Tuhan menciptakan segalanya, berarti Tuhan menciptakan Kejahatan.
Karena kejahatan itu ada, dan menurut prinsip kita bahwa pekerjaan kita
menjelaskan siapa kita, jadi kita bisa berasumsi bahwa Tuhan itu adalah
kejahatan.”
Mahasiswa
itu terdiam dan tidak bisa menjawab hipotesis professor tersebut.
Profesor itu merasa menang dan menyombongkan diri bahwa sekali lagi dia
telah membuktikan kalau agama itu adalah sebuah mitos.
Mahasiswa lain mengangkat tangan dan berkata, “Profesor, boleh saya bertanya sesuatu?”
“Tentu saja,” jawab si Profesor
Mahasiswa itu berdiri dan bertanya, “Profesor, apakah dingin itu ada?”
“Pertanyaan
macam apa itu? Tentu saja dingin itu ada. Kamu tidak pernah sakit flu?”
Tanya si professor diiringi tawa mahasiswa lainnya.
Mahasiswa
itu menjawab, “Kenyataannya, Pak, dingin itu tidak ada. Menurut hukum
fisika, yang kita anggap dingin itu adalah ketiadaan panas. Suhu -460F
adalah ketiadaan panas sama sekali. Dan semua partikel menjadi diam dan
tidak bisa bereaksi pada suhu tersebut. Kita menciptakan kata dingin
untuk mendeskripsikan ketiadaan panas.
Mahasiswa itu melanjutkan, “Profesor, apakah gelap itu ada?”
Profesor itu menjawab, “Tentu saja itu ada.”
Mahasiswa
itu menjawab, “Sekali lagi anda salah, Pak. Gelap itu juga tidak ada.
Gelap adalah keadaan dimana tidak ada cahaya. Cahaya bisa kita pelajari,
gelap tidak. Kita bisa menggunakan prisma Newton untuk memecahkan
cahaya menjadi beberapa warna dan mempelajari berbagai panjang gelombang
setiap warna. Tapi kita tidak bisa mengukur gelap. Seberapa gelap suatu
ruangan diukur dengan berapa intensitas cahaya di ruangan tersebut.
Kata gelap dipakai manusia untuk mendeskripsikan ketiadaan cahaya.”
Akhirnya mahasiswa itu bertanya, “Profesor, apakah kejahatan itu ada?”
Dengan
bimbang professor itu menjawab, “Tentu saja, seperti yang telah
kukatakan sebelumnya. Kita melihat setiap hari di Koran dan TV. Banyak
perkara kriminal dan kekerasan di antara manusia. Perkara-perkara
tersebut adalah manifestasi dari kejahatan.”
Terhadap
pernyataan ini mahasiswa itu menjawab, “Sekali lagi Anda salah, Pak.
Kajahatan itu tidak ada. Kejahatan adalah ketiadaan Tuhan. Seperti
dingin atau gelap, kejahatan adalah kata yang dipakai manusia untuk
mendeskripsikan ketiadaan Tuhan. Tuhan tidak menciptakan kajahatan.
Kajahatan adalah hasil dari tidak adanya kasih Tuhan dihati manusia.
Seperti dingin yang timbul dari ketiadaan panas dan gelap yang timbul
dari ketiadaan cahaya.”
ternyata… eh….tenyata nama mahasiswa itu adalah Albert Einstein.
Bagaimana
perasaan anda setelah membaca cerita diatas? Betapa cerdas dan
kritisnya Einstein menanggapi persoalan yang di ajukan oleh
Professornya. Namun semoga dari cerita tersebut mampu memberikan
motivasi kepada seluruh mahasiswa agar bisa berpikir kritis dan cerdas
untuk dapat menyelesaikan segala persoalan baik hal kecil maupun besar.
Dan berani mengambil segala resiko yang terjadi. SEMANGAT!
By Neo
begitu banyak para ulama dan sahabat Rasulullah yg tdk kalah cerdasnya dari einstein
ReplyDeletenamun bolehlah untuk diambil maslahatnya
Mantep banget motivasinya gan
ReplyDelete